PALU, iNewsPalu.id - Bencana gempa bumi yang melanda Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2025, telah meninggalkan dampak yang mendalam tidak hanya pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada kondisi psikologis anak-anak dan para guru. Dalam upaya untuk mendukung pemulihan psikologis bagi penyintas, Direktorat Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Kemendikdasmen bekerja sama dengan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) meluncurkan Program Dukungan Psikososial.
HIMPSI KRESNA, sebagai bagian dari program ini, telah melakukan pengukuran dampak psikologis pascabencana yang menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan. Dari total 456 responden yang terdiri dari 316 siswa SD dan 119 siswa SMP, 54,83% merasa cemas, tegang, dan khawatir secara berulang. Selain itu, 61,18% siswa melaporkan mudah merasa takut dalam situasi tertentu, 14,25% mengalami kesulitan tidur, dan 13,6% mengalami mimpi buruk serta kecemasan saat tidur. Temuan ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk pendampingan psikologis yang lebih intensif bagi sejumlah siswa.
Andik Matulessy, Ketua Umum HIMPSI, menekankan pentingnya program ini sebagai kontribusi dalam mendukung pemulihan pendidikan dan kesejahteraan psikologis penyintas. Program ini mencakup berbagai kegiatan, termasuk assessment, trauma healing untuk siswa, pelatihan bagi guru, serta simulasi penyelamatan diri (Integrated Drill Procedure).
Saryadi, Direktur PKPLK Kemendikdasmen, juga menambahkan bahwa pemulihan psikologis adalah kebutuhan utama dalam penanganan bencana. "Program ini bukan sekadar pelengkap, tetapi merupakan bagian penting dari keberlangsungan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Dengan adanya program dukungan psikososial ini, diharapkan anak-anak dan guru yang terdampak gempa dapat menjalani proses pemulihan dengan lebih baik, serta membangun kembali kepercayaan diri dan semangat mereka untuk melanjutkan pendidikan.
Editor : Jemmy Hendrik
Artikel Terkait
