Di dalam ruang operasi yang steril, dr. Retno Unggul Hapsari, perwakilan Perdami Pusat Jakarta, tengah memeriksa alat bedah dengan teliti. Lebih dari dua dekade dr. Retno terjun dalam operasi katarak massal di berbagai pelosok negeri, namun ia mengaku perasaan haru itu selalu sama setiap kali menyaksikan perban pasien dibuka.
Menurutnya, Indonesia masih memiliki backlog katarak yang tinggi, terutama di daerah-daerah yang sulit terjangkau. Baginya, operasi ini bukan sekadar tindakan medis, melainkan upaya mengembalikan kehidupan seseorang agar tidak merasa sendirian dalam kegelapan.
Operasi di Donggala kali ini melibatkan lebih dari 60 pasien lansia. Selama dua hari penuh, tim gabungan dari Jakarta dan Sulawesi Tengah bekerja tanpa lelah. Mereka menerapkan metode modern small incision, teknik sayatan kecil tanpa jahitan yang memungkinkan proses cepat dan pemulihan singkat. Meski begitu, dampaknya bagi para pasien akan terasa seumur hidup.
Sementara itu di luar ruang tindakan, Dwi Agung Gardianto, perawat dari Sentra Nipotowe Palu, dengan sabar menuntun seorang nenek menuju tempat istirahat. Ia bercerita bahwa sebagian besar pasien datang dengan rasa takut karena belum pernah berobat ke rumah sakit.
Tugas tim medis bukan hanya mengoperasi, tetapi juga meyakinkan dan menenangkan hati para lansia ini. Agung kerap menyaksikan momen emosional saat pasien memeluk petugas medis sambil menangis bahagia ketika penglihatan mereka kembali.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait
